Pangkalpinang (Dikdasmen): Lomba menyanyi solo jenjang SD dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) XI di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung diwarnai banyak penampilan peserta yang menarik. Salah satunya adalah penampilan peserta dari Nusa Tenggara Barat, Qallam Hibry Laksmi Dzikraa atau biasa disapa Ami. Saat itu, Ami menyanyikan lagu daerah sambil menangis. Melihat penampilan Ami yang sedih, sang pelatih, Baiq Yayuk Andika, seketika turut bersedih. Matanya nampak berkaca-kaca. Ia terbawa suasana hati Ami, yang menyanyi penuh penghayatan.
Setelah selesai tampil, Ami, siswi kelas 3 SD Negeri 1 Lembar Selatan ini menceritakan kejadian yang dialaminya di atas panggung. “Saya teringat nenek,” ujarnya singkat di Sun Hotel Pangkalpinang, Rabu, 29 Agustus 2018. Ternyata malam sebelumnya, Ami bermimpi ada gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan neneknya tertimpa reruntuhan gempa. Itulah yang membuatnya tidak bisa menahan tangis.
Seperti diketahui, Pulau Lombok sedang berduka dengan rangkaian gempa bumi yang menimbulkan banyak kerugian, baik jiwa maupun materi. Ami pun datang ke Kota Pangkalpinang dengan berat hati, karena harus meninggalkan sebagian keluarganya yang masih tinggal di tempat pengungsian. Namun Ami bertekad akan tampil sebaik mungkin, karena dia tidak ingin mengecewakan keluarga, khususnya orangtua.
Menurut Yayuk, persiapan yang dijalani Ami tidak senyaman yang dirasakan peserta dari daerah lain. “Kami latihan seadanya saja. Akses jalan ke provinsi juga sangat sulit karena peristiwa gempa ini,” ujarnya.
Meski demikian, tambah Yayuk, rangkaian bencana yang terjadi di Lombok sama sekali tidak mengendurkan semangat Ami.
“Ami sedang berduka karena bencana gempa bumi di daerahnya. Namun Ami datang ke sini dengan semangat yang tinggi. Untuk anak-anak Indonesia, jika ingin sukses, kalian tidak boleh patah semangat. Teruslah belajar, bekerja keras dan berdoa,” pesannya.
Sementara itu, ketika dimita pendapat tentang FLS2N, Yayuk berpendapat bahwa ajang lomba dan festival seni ini merupakan media yang baik untuk mempererat persatuan antaranak bangsa. “Anak-anak dari berbagai daerah, apa pun suku dan agamanya, jika sudah bertemu semuanya berbaur menjadi satu,” ungkapnya.*
Wahyu Markoneng