Medan (Dikdasmen): Namanya Olim Prasetya Gunawan, siswa kelas XI di SMK 1 Denpasar, Bali. Badannya tak terlalu tinggi, namun kekar. Pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) X di Kota Medan Sumatera Utara, ia mengikuti cabang olahraga renang tingkat SMK pada tiga nomor, yaitu 50 meter gaya bebas, 100 meter gaya dada, dan 200 meter gaya ganti perorangan.
Kamis pagi, 7 September 2017, bertempat di arena lomba renang Universitas Medan, siswa yang murah senyum ini mengikuti 100 meter gaya dada, dan 200 meter gaya ganti perorangan. Sementara nomor 50 meter gaya bebas akan dilaksanakan pada Jumat pagi, 8 September 2017.
Saat berlomba, ia sigap, fokus, dan cepat. Tak ayal, dua medali emas di nomor 100 meter gaya dada, dan 200 meter gaya ganti perorangan ia genggam.
“Rajin berlatih,” ujarnya singkat saat ditanya kunci keberhasilannya menjadi yang tercepat.
Olin, demikian ia akrab disapa, sudah sejak SD berenang. Ia ikut klub renang di Denpasar, Bali, yaitu Klub Telaga Biru.
“Saya rutin latihan, setiap hari. Ada atau tidak ada lomba, tiap hari tetap latihan,” tegasnya.
Duta Provinsi Bali yang senang berjumpa dengan siswa-siswi dari 34 provinsi di Indonesia ini, mengatakan bahwa O2SN menjadikannya lebih bersemangat untuk menjadi yang terbaik. Bila ada peluang, ia ingin mengikuti kejuaraan lomba renang seperti Southeast Asian Games (SEA Games).
“Kalau ada peluang saya ingin mengkuti kejuaraan seperti SEA Games,” harapnya, di dampingi Made Sudanes, guru sekolahnya.
Sementara itu, Zulham Pangabean, guru dari Febriansyah Waruhu, merasa bahwa para juara masih didominasi oleh siswa yang di daerahnya terdapat klub olahraga renang. Menurutnya, klub dan fasilitas olahraga, sangat menunjang keberhasilan seorang siswa menjadi atlet yang hebat.
“Tidak ada fasilitas yang memadai,” ujarnya saat ditanya kegagalan anak didiknya meraih medali pada cabang olahraga renang tahun ini. Meski demikian, ia merasa bangga kepada anak didiknya yang merupakan siswa kelas III SMKN 3 Sibolga, jurusan listrik.
“Selama ini latihan Febriansyah di laut, caranya bolak balik ke pantai menggunakan waktu,” ujarnya. Pengalaman Zulham mendidik siswanya berenang di laut juga sama dilakukan oleh pelatih dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Karena kolam renang di daerah kabupaten tempat mereka tinggal masih belum tersedia. Sementara untuk latihan di provinsi, jaraknya jauh dari tempat tinggal.
“Durasi waktu saat lomba di sini lebih baik dari pada saat latihan. Ada peningkatan. Cuma karena atlet lain lebih cepat dari anak didik saya, maka ia kalah,” jelas Zulham.*
M Adib Minanurokhim