Melawan Hoaks dengan Sastra

By: Jul 28, 2019

Jakarta (Dikdasmen): Di era digital ini, berita bohong atau yang sering disebut dengan hoaks sudah mulai mewabah, dan dengan cepat menyebar secara luas. Ada beragam tujuan peneyebaran hoaks, mulai sekadar untuk gurauan, meraup keuntungan dengan mengundang clickbait, hingga sebagai strategi menjatuhkan lawan politik.

"Tujuan yang terakhir ini sebenarnya yang berbahaya. Karena mengandung disinformasi atau bahkan diarahkan agar terjadi segregasi sosial," ujar wartawan senior yang juga pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Dhia Prekasha Yoedha, saat menjadi narasumber dalam diskusi dengan tema Mengenali Konten Negatif, Hoaks dan Keterbukaan Informasi Publik di ruang Serbaguna Perpustakaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Jumat 26 Juli 2019.

Yoedha menilai, hoaks sudah menjadi lahan bisnis baru dalam era digital ini. Sebuah bisnis yang melahirkan profesi baru yang disebut dengan buzzer.

"Banyak sekarang orang yang mencoba belajar menjadi buzzer. Karena itu, jangan mudah mengomentari berita yang disebarkan melalui media sosial, karena inilah sebenarnya yang diinginkan oleh para buzzer," tegas Yudha.

Sementara itu, pegiat literasi dan juga sastrawan Aan Manshur menilai bahwa di era digital saat ini, hilangnya kebenaran bukan karena disembunyikan, namun karena banyaknya ketidakbenaran yang ada disekitar kita. Aan berpendapat, untuk memunculkan kebenaran yang tertutup ketidakbenaran itu, perlu dibangkitkan lagi kecenderungan siswa mencintai sastra.

"Semakin ke sini, siswa-siswa itu tidak memiliki pertanyaan. Karena semuanya diciptakan untuk menjadi jawaban. Dan karya sastra atau fiksi, menurut Milan Kundera, hadir untuk merubah dunia ini menjadi pertanyaan-pertanyaan," ujar Aan.

Aan menambahkan, saat ini kita semakin tumbuh dengan situasi di mana anak-anak kita kehilangan untuk mempertanyakan sesuatu. "Hal ini lah yang membuat kita dengan mudah menerima segala informasi yang datang kepada kita," ungkapnya.

Menghindarkan anak dari hoaks, menurut Aan bukan berarti memisahkan anak dengan gadget. Akan tetapi sekolahan harus mampu memancing para siswa agar punya kemampuan untuk mempertanyakan sesuatu, dan itu dibentuk dari pelajaran fiksi.

"Fiksi dibuat agar anak-anak mempunyai imajinasi dan mempertanyakan masalah. Dan salah satu tugas yang saya berikan kepada anak saya di rumah adalah mereka harus menyetorkan lima pertanyaan ke saya setiap hari," tandasnya.

Sementara itu, Ferdinandus Setu, dari Kominfo juga mengamini apa yang yang dipaparkan Aan Manshur. Karena menurutnya, karya sastra atau fiksi bisa menjadi jawaban dari situasi yang terjadi hari ini.

"Penulis yang baik adalah pembaca yang baik dan jangan biarkan segala sesuatu itu ada jawabannya?" ucapnya.

Menurut Ferdinandus, siswa harus kembali pada buku karena buku ditulis melalui metodologi oleh para penulisnya. "Hoaks akan mati dengan sendirinya karena literasi yang baik," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ferdinandus memaparkan temuan Kominfo terkait pesebaran hoaks sepanjang momentum Pilpres yang jumlahnya cukup fantastis.

"Sepanjang Pilpres kemarin, pada Bulan Agustus 2018 sampai Juli 2019, setiap hari kurang lebih ada 2000 berita hoaks, dan 800-an berita lebih terkait dengan hoaks politik," tandasnya.

Fernandus menambahkan, ada tiga pendekatan yang dijadikan Kominfo untuk melawan hoaks. Pertama, pendekatan literasi dengan gerakan nasional literasi digital dan dengan cyber kreasi. Kedua, pendekatan tekhnologi, karena hoaks muncul dengan teknologi.

"Kominfo punya mesin pengendalian konten yang bekerja 1x24 jam, dan ada 100 anak muda yang bekerjasama dengan mesin tersebut," ucapnya.

Pendekatan ketiga adalah pendekatan hukum dengan menggunakan UU ITE.

"Kami bekerjasama dengan Polri," pungkasnya.*

Rizavan Shufi Thoriqi

Share:
No Comments
Berikan komentar
Unduh FileSE Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021
UNDUH SEKARANG
logo

DIREKTORAT JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Permendikbudristek Nomor 28 Tahun 2021 menjelaskan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, diantaranya adalah merumuskan kebijakan peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan.
KONTAK KAMI
KANTOR PUSATKompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 5 Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
021-5725610
021-5725610
pauddikdasmen@kemdikbud.go.id
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Copyright © 2020 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi All rights reserved.