Kupang (Dikdasmen): Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, meresmikan pembukaan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) X, yang dilaksanakan di Millennium Ballroom, Kupang, NTT, Senin, 25 September 2017. Peresmian Pembukaan FLS2N X tersebut diiringi dengan petikan senar Sasando, alat musik khas NTT.

Pembukaan FLS2N X tersebut dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad, para pejabat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kepala dinas dari beberapa kabupaten/kota, pejabat dan staf Pemerintah Provinsi NTT, serta para peserta FLS2N.

FLS2N X diselenggarakan mulai tanggal 24 sampai 30 September 2017, di dua tempat. Pertama, di Kupang, NTT untuk peserta jenjang SMA dan SMK. Kedua, di Surabaya, Jawa Timur untuk peserta jenjang SD, SMP, dan SLB.

Memacu Kreativitas Seni, Memperkuat Pendidikan Karakter Ajang FLS2N merupakan arena para seniman belia untuk unjuk kemampuan. Seni menjadi ruang bagi siswa-siswi untuk menyampaikan nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung dalam karya yang dibawakan melalui gerak, suara, dan simbol-simbol.

Salah satu kunci untuk menghasilkan karya yang bagus dan unik adalah kreativitas. Rata-rata, para juara FLS2N adalah orang-orang kreatif yang menggabungkan rasionalitas dan imajinasinya untuk melahirkan karya yang logis, etis, dan memenuhi unsur estetis. Pelibatan otak kanan dan kiri dalam menghasilkan produk seni sangat dioptimalkan.

Upaya menghasilkan produk seni seperti tarian, nyanyian, dan lukisan, sangat mendukung program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang kini diterapkan pemerintah di dunia pendidikan. Lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalisme, integritas, gotong royong, dan mandiri dapat berjalan seimbang jika diterapkan dengan melibatkan kreativitas seni. Tanpa kreativitas seni, penerapan nilai-nilai utama itu akan terasa seperti ritualitas belaka.

Kreativitas seni pada nilai religius, misalnya, menampilkan kegiatan seni yang diambil dari ajaran agama untuk memperkaya lingkungan sekolah melalui seni kaligrafi, lagu, dan lukisan. Peringatan hari besar keagamaan yang diselenggarakan di sekolah juga dapat menghadirkan kegiatan budaya yang dipengaruhi oleh unsur religi seperti tari-tarian dan lagu.

Keempat nilai berikutnya juga dapat dikolaborasikan dalam sebuah kegiatan yang melibatkan kreativitas seni, baik yang berasal dari kalangan siswa maupun guru. Dengan seni, penerapan nilai-nilai utama karakter di sekolah tidak akan terasa kaku. Sebaliknya, mampu mengeksplorasi daya pikir dan rasa siswa untuk berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya.

Melihat hubungan erat antara kreativitas seni dan lima nilai utama PPK, pelaksanaan FLS2N menjadi sangat relevan dilaksanakan, terlebih ajang akbar tahunan ini melibatkan banyak unsur dalam dunia pendidikan; peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, jajaran birokrasi, dan masyarakat. Beragam proses yang terjadi sebelum dan saat pelaksanaan FLS2N menjadi nilai tambah bagi pendidikan karakter menuju kecakapan siswa abad 21.

“Kita ingin membangun karakter bangsa. Melalui pendidikan seni dan budaya, karakter anak-anak itu akan dibentuk,” tegas Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, saat mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada acara Pembukaan FLS2N X di Millennium Ballroom, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin, 25 September 2017.*

M. Adib Minanurokhim