[caption id="attachment_10399" align="aligncenter" width="614"] Nurul Ayuni saat berprestasi di tingkat SD[/caption]
Johor Bahru (Dikdasmen): Mimpi gadis ini tampak semakin terbuka ketika dinyatakan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Negara di Universitas Negeri Makassar (UNM) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016. Dia adalah Nurul Ayuni. Dara yang lahir di Sabah, Malaysia, pada 1999, ini tidak lahir di tanah air Indonesia karena kedua orangtuanya mancari nafkah dengan menjadi pekerja di Malaysia.
Ayuni tidak pernah menyangka dapat melanjutkan pendidikan di jenjang universitas seperti sekarang ini. Bahkan untuk bersekolah di tingkat sekolah dasar (SD) saja ketika itu merupakan sebuah hal yang mustahil. Sebagai pendatang di negeri orang, tentu Ayuni tidak dapat memperoleh hak yang sama seperti warga negara di negeri tersebut. Termasuk salah satunya adalah hak untuk memperoleh pelayanan pendidikan. Kelengkapan berkas yang tidak memenuhi syarat membuat Ayuni tidak dapat bersekolah di sekolah pemerintah di Sabah. Untuk masuk ke sekolah swasta di Malaysia, pihak keluarga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Memutuskan untuk tidak bersekolah tampaknya adalah sebuah pilihan yang paling bijak pada saat itu.
Takdir berkata lain. Gadis yang lahir pada 3 Januari ini beruntung bertemu dengan Dadang Hermawan yang pada saat itu mengemban tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia untuk merintis fasilitas pelayanan pendidikan bagi anak-anak pekerja Indonesia di Malaysia. Hermawan kala itu ditugaskan mencari anak-anak Tenaga Kerja Indonesia yang belum bersekolah. Bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu, Hermawan mulai mencari dan memotivasi anak-anak untuk bersekolah. Ayuni pun diterima dan berkesempatan belajar di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
Sejak kecil Ayuni termasuk anak yang aktif dan pemberani. Pada keikutsertaan yang pertama dalam lomba puisi, Ayuni berhasil meraih juara 3 pada ajang Apresiasi Kreasi Seni Sekolah Indonesia Luar Negeri (APKRES SILN) pada tahun 2009. Hal itu merupakan sebuah hal yang membanggakan karena Ayuni berkompetisi juga dengan para anak diplomat dari Sekolah Indonesia Luar Negeri dari seluruh dunia.
Meski sejak lahir di Malaysia, gadis keturunan Bugis ini merasa sangat bangga akan Indonesia. Ia sangat gembira jika mendengar berita tentang Indonesia yang menjuarai berbagai macam kompetisi seperti olahraga dan kesenian. Jika ada tim Indonesia yang bertanding di Sabah, Ayuni seringkali menyempatkan diri untuk menonton dan memberi dukungan untuk Indonesia. Ayuni juga beruntung pernah tampil menyanyi di Wisma Indonesia di Kota Kinabalu ketika KJRI Kota Kinabalu menyambut Tim Nasional Sepakbola Usia 16 tahun.
Gadis yang bercita-cita ingin keliling dunia ini mengatakan beruntung mempunyai guru-guru dan teman-teman yang hebat di SIKK. Teman-temannya merupakan figur yang memberi semangat karena mereka menorehkan prestasi membanggakan bagi Indonesia dengan menjadi juara dalam berbagai ajang Internasional. Salah satunya pada ajang Sabah International Folklore Festival (SIFF). Ayuni yang sangat menggemari mata pelajaran matematika ini menjadi semakin percaya diri. Ia berhasil membuktikan bahwa ia mampu berprestasi. Salah satu prestasi membanggakannya adalah juara 1 olimpiade matematika pada Kompetisi Sains dan Seni Anak Indonesia di Malaysia pada 2016 di Kuala Lumpur.
Universitas Negeri Makassar (UNM) merupakan sebuah mimpi dan tantangan baru baginya. Meskipun begitu, Ayuni tidak pernah gentar dan selalu berkeinginan untuk terus belajar dan berusaha. Ayuni yang sempat bingung menggunakan mata uang rupiah ketika tiba di Indonesia 20 Mei yang lalu ini juga berpesan pada adik-adik kelasnya (yang sekarang masih di Malaysia) untuk terus berjuang, “Bercita-cita dan berprestasi itu hak semua orang, juga termasuk hak kita.”* (Rahmadi Diliawan)
Rahmadi Diliawan. Guru Sekolah Indonesia Johor Bahru