Bogor (Dikdas): Sebagai pendamping siswa berkebutuhan khusus, Sugeng mempunyai cara untuk melatih anak didiknya sebelum mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang diselenggarakan di Jakarta. Menurut Sugeng, yang paling penting untuk disiapkan dalam lomba catur ini adalah mental.
“Kalau kita hanya sekedar main, gak ada kemajuan. Jadi ada teori-teori tertentu yang diajarkan, teknik pembukaan, dan yang paling inti sebenarnya adalah mental. Kalau gak punya mental, peserta akan grogian dan kalau grogian nanti sulit menang,” ujar pendamping Try Febri Khoirun Nidzom ini, di Sentul International Covention Center, Bogor, Ahad (15/6).
Mempunyai waktu yang tidak cukup panjang untuk berlatih, pendamping kontingen dari Jawa Timur itu tetap yakin mampu meraih hasil terbaik dalam ajang O2SN kali ini. Ia pun mengkritisi keputusan panitia O2SN yang tidak memperbolehkan para siswa tuna netra setengah melihat atau biasa disebut dengan Low Vision.
“Itu sangat disayangkan, apalagi mereka juga menggunakan huruf braile,” katanya.
Sugeng yang sudah beberapa kali menjadi pendamping O2SN ini, yakin dengan persiapan yang dilakukan. Ia dan anak didiknya mampu meraih piala dalam ajang olahraga yang diikuti oleh perwakilan sekolahan di seluruh Indonesia.
“Pernah juara satu Catur, waktu O2SN di Surabaya,” tandasnya.
Sementara itu, Try Febri Khoirun Nidzom atau yang biasa dipanggil Irul dari SMAN 2 Lamongan, mengaku sebenarnya tidak begitu menyukai catur, ia lebih suka mengembangkan potensi dirinya dalam dunia tarik suara. “Dulu waktu SD itu suka, pingin ganti posisi, karena tidak pernah diikutin lomba. Tapi akhirnya disuruh ikut untuk mengikuti O2SN cabang olahraga catur,” ujar Irul.* (Rizavan Sufi Thoriqi)