[caption id="attachment_7755" align="aligncenter" width="300"] Retno Indarwati dan Triono[/caption]
Yogyakarta (Dikdas): Berbeda dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) pada tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan pada bulan Agustus, pada 2015 ini OSN diadakan pada bulan Mei. Hal ini turut memengaruhi jadwal dan lama persiapan yang dilakukan peserta. Proses seleksi OSN Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PK-LK) jenjang Pendidikan Menengah di tingkat kabupaten/kota dan provinsi juga ikut terpengaruh.
Retno Indarwati, pendamping siswa dari Provinsi Bali, mengatakan, waktu persiapan yang mereka miliki sangat sempit akibat pergeseran jadwal ini. “Hanya berkisar satu bulan,” ucapnya saat berlangsung pembukaan OSN di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Selasa pagi, 19 Mei 2015.
Dengan waktu yang sempit itu, ia berusaha melakukan persiapan maksimal terhadap ketiga siswanya. Mereka mengikuti semua bidang lomba yaitu matematika bagi penyandang tunanetra maupun low vision, IPA bagi penyandang tunarungu, dan karya ilmiah bagi penyandang tunadaksa (cacat motorik).
Retno yang membimbing matematika siswa penyandang tunanetra menjelaskan kiat yang dilakukan dalam membimbing siswanya. Anak didiknya berasal dari SLBA Negeri Denpasar dan masih memiliki kemampuan melihat walaupun sangat rendah (low vision). Ia memberikan siswanya latihan dalam bentuk fonts yang besar. Dengan begitu siswanya masih dapat menjawab menggunakan tulisan alfabetik biasa.
Sementara untuk siswa yang benar-benar tidak memiliki penglihatan, Retno menggunakan huruf braille. Dalam pengajaran matematika, cara ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan memakan waktu yang cukup lama. “Hal ini dikarenakan harus menggunakan simbol-simbol matematika dalam braille juga,” ungkapnya.
Triono, guru SMA Negeri 10 Kota Jambi yang merupakan pendamping peserta tunadaksa bidang karya ilmiah, mengatakan, untuk lomba bidang ini, peserta tunadaksa memiliki keterbatasan motorik. Oleh karena itu, pada lomba ini terdapat sesi presentasi.
SMAN 10 Kota Jambi, kata Triono, merupakan sekolah inklusi. Sekolah ini memiliki kelas khusus untuk memberikan sarana pendidikan bagi siswa-siswi yang memiliki kebutuhan khusus.
Seleksi di tingkat provinsi, tambahnya, telah selesai pada Februari 2015. Mereka punya waktu persiapan yang panjang yaitu sekitar tiga bulan menjelang olimpiade sains tingkat nasional. Ia mematok target meraih juara pada OSN tahun ini. “Lebih-lebih Provinsi Jambi pernah meraih juara 3 pada pelaksanaan OSN PK-LK Dikmen di tahun 2013,” jelasnya.* (Robert L. Tenggara)