Mataram (Dikdas): Sampah selalu menjadi hal yang tak pernah diperhatikan bahkan hanya dinilai sebagai pengganggu kehidupan manusia. Pandangan seperti itu tak hinggap di benak Cindy Kartika Wakim, siswi SMPLB Negeri Haruru, Maluku Tengah, Maluku. Di tangan kreatifnya, sampah kertas bekas diubah menjadi aksesori yang bernilai jual berupa kalung, gelang, dan tirai.

Mengubah sampah menjadi aksesori tak datang hanya untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Jauh sebelum ikut berkompetisi di OSN, ia bersama keempat temannya telah mendapat hasil dari penjualan aksesori. “Sudah terjual lima juta rupiah,” ucap Henny Wenno, kepala SMPLB Negeri Haruru.

Ide ini datang dari guru mata pelajaran keterampilan. Mereka dilatih untuk memiliki keterampilan. Suatu ketika, guru itu membawakan kertas bekas yang berserakan di sekolah. Sampah itu kemudian diubah menjadi tirai dan dipasang di jendela kelas. Lalu, Cindy berkreasi membentuk desain aksesori lainnya.

Bahan baku berupa kertas bekas diperoleh secara gratis. Kertas bekas didapat dari majalah bekas langganan guru dan orang tuanya. Bahan pendukung lainnya dibeli dari pemberian sekolah sebesar Rp 250 ribu. Selain di sekolah, aksesori dibuat bersama di rumah.

Cindy bercita-cita menjadi wiraswastawan. “Saya mau buka toko di rumah,” jelasnya usai tes rencana usaha. Ia ingin meraih medali emas.* (Lutfy Mairizal)