[caption id="attachment_5666" align="aligncenter" width="300"] Negus Siregar[/caption]
Bogor (Dikdas): Pahlawan, bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adalah para guru. Maka sudah sepantasnya keberadaan mereka disyukuri tiap memaknai Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November.
Salah satu upaya mensyukuri Hari Pahlawan yaitu dengan melakukan pemberantasan buta huruf. Namun Kemendikbud tidak bisa melakukannya sendirian. Butuh dukungan semua pihak. “Kita mencoba mengajak masyarakat untuk membantu dunia pendidikan,” kata Negus Siregar, Kepala Bagian Umum, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, mewakili Sesditjen Dikdas, saat menutup Workshop Lomba Menulis Cerita SD/MI dan SMP/MTs Tingkat Nasional di Hotel Rizen Premier, Bogor, Jawa Barat, Kamis siang, 13 November 2014.
Tekad demikian, tambah Negus, merupakan pengarahan Mendikbud Anies Baswedan yang disampaikan pada acara silaturahmi dengan karyawan Kemendikbud di Gedung Ki Hadjar Dewantara, Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis pagi.
“Bantuan itu, misalnya, kalau guru beli buku dapat harga khusus dari toko buku,” ujar Negus. “Potret pendidikan bangsa ini 20-30 tahun ke depan tergantung guru.”
Siswa yang kini mengenyam pendidikan, lanjutnya, merupakan generasi yang memotret bangsa ke depan. Problem yang dihadapi sekarang, secara nasional, adalah kemampuan menganalisis dan menyimpulkan mereka yang masih rendah. Upaya mengentaskannya tidak bisa tiba-tiba.
Masih mengutip Anies, Negus mengatakan persoalan Indonesia mirip dengan negara-negara di Afrika, yaitu korupsi dan tidak disiplin. Sudah menjadi tugas Kemendikbud untuk mengubah perilaku merugikan itu. “Mengubah pola pikir yang ada sekarang agar Indonesia saat kita potret tiga dekade ke depan punya karakter. Kita harus mulai dari sekarang,” ucap Negus.
Dalam konteks ini, Negus mengajak para guru untuk menjadi pahlawan. Dengan begitu, potret Indonesia tiga dekade ke depan lebih baik di mata internasional.
“Jadilah duta-duta untuk perubahan negara ini. Sebarkan apa yang didapat, jangan disimpan sendiri,” harapnya kepada para siswa peserta.
[caption id="attachment_5667" align="aligncenter" width="300"] Agus Suharyanto[/caption]
Dalam laporannya, Agus Suharyanto, Ketua Panitia, mengatakan semua peserta mengikuti Workshop dengan baik. Mereka telah mendapatkan materi pembinaan, pengayaan tentang penulisan, dan mengikuti wisata edukasi ke Taman Safari pada Rabu, 12 November 2014. Ia mewakili panitia mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada para juri yang telah bekerja keras menyeleksi naskah lomba.
Ia pun mengucapkan selamat kepada para peserta. “Finalis menerima hadiah berupa sertifikat, piala, dan uang pembinaan yang akan diberikan dalam bentuk Taplus Anak kerja sama Kemendikbud dan BNI 46,” ujarnya.
Berbeda dengan tahun lalu, lanjut Agus, pada workshop kali ini dewan juri meminta dua naskah LMC SMP/MTs diganti judulnya. Naskah pertama berjudul Aku Dijajah Negeriku karya Felia Ananda Wijaya diganti menjadi Kelabu di Atas Pusara. Naskah kedua berjudul Mencegah Lumpuhnya Dunia karya Susi Nur Kusumawati menjadi Tamparan Menarik Diri.* (Billy Antoro)