TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta pemerintah daerah diharapkan memberi dukungan lebih besar bagi peserta babak final Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2015. "Mereka anak-anak luar biasa yang bisa memajukan Indonesia," kata Rosalyna Wijaya, panitia OSK, pada Selasa, 16 Juni 2015.
Menurut Rosalyna, banyak di antara peserta yang kemudian menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional bidang matematika yang diadakan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ada juga yang menjadi juara dalam International Mathematics & Science Olympiad dan Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School.
Tahun ini, peserta OSK atau ajang kompetisi sains sekolah dasar sebanyak 92 ribu siswa dari berbagai daerah. Babak penyisihan dan semifinal sudah dimulai sejak Februari hingga April 2015. Dari jumlah itu, terpilih 303 pelajar yang mengikuti babak final di Jakarta pada 13 Juni 2015.
Mereka berasal dari 112 kota/kabupaten di 29 provinsi di Indonesia. "Ada yang dari daerah terpencil," ujar Rosalyna. Antara lain dari Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku), Tambrauw (Papua Barat), dan Kepulauan Sangie di Sulawesi Utara.
Pada babak final (ujian tertulis dan juga ujian eksperimen) terpilih satu siswa yang menerima absolute winner, yaitu Jonathan Kevin (level III), siswa kelas VI PrimeOne School, Medan. Lalu lima siswa peraih medali emas, 12 perak, 13 perunggu, dan 17 honorable mention.
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menjelaskan, selain untuk memajukan pendidikan sains, OSK juga jadi ajang berkumpulnya para finalis dari seluruh Indonesia. Mereka mendapat teman baru dari daerah lain. "Dari sini secara langsung mereka belajar tentang Indonesia dan belajar menerima teman dari daerah, serta menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Para finalis mengaku senang mengikuti kompetisi ini. "Dengan mengikuti OSK ini, aku jadi lebih banyak mengerti dunia hewan, tumbuhan, tubuh manusia, fisika, eksperimen, astronomi, dan lain-lain. OSK memberikan banyak pelajaran yang selama ini belum aku dapatkan," tutur M. Nuha Al Ghifari dari SD Perwanida, Blitar. Pelajar ini bercita-cita menjadi profesor bidang sains.
OSK memang bukan hanya kompetisi pada bidang sains. Selain memberikan semangat kepada pesertanya untuk terus menambah pengetahuan, juga bertujuan mengasah berbagai kemampuan yang harus dimiliki generasi di dunia yang kompetitif. Seperti kemampuan problem solving dan berpikir kritis.
Hal ini terlihat dalam dua ujian yang harus dikerjakan pada babak final, yaitu ujian tertulis dan eksperimen. Dalam ujian ini, selain menguji kemampuan finalis pada bidang sains, kemampuan penalaran dan berpikir kritis pun diasah sehingga mereka akan terlatih berpikir kritis dan logis.
Setelah mengerjakan dua ujian, para finalis melakukan kunjungan pabrik. Acara ini dimaksud untuk memberikan pengalaman tentang proses industri, teknologi terapan, dan juga berbagai profesi yang mengandalkan pendidikan pada bidang sains.
"Kunjungan ke pabrik itu memunculkan pemahaman yang utuh antara teori dan praktek," ucap Petrus Wagiyo, guru pendamping dari SD Kristen Gloria 1. Menurut dia, dengan OSK, kemampuan kognitif, mengobservasi, atau melakukan teknik-teknik sains para pelajar dapat terlatih. Dia yakin pelajar Indonesia dapat percaya diri ketika bersaing dengan siswa dari negara lain.
Tahun ini, peserta OSK mencapai 92.147 peserta dari 34 provinsi di Indonesia. Dalam rangkaian acara final, para pendamping finalis mengikuti berbagai seminar pendidikan dan festival. Acara-acara OSK ini didukung BNI, Adaro Energy, dan Dexa Medica.
"Tujuan BNI mendukung kegiatan ini adalah turut mengelola komunitas anak yang memiliki ketertarikan kepada sains," kata Corporate Secretary BNI Tribuana Tunggadewi. Bersamaan dengan itu, BNI memberikan edukasi perbankan sejak dini, antara lain menjelaskan mengenai bank, uang, serta pentingnya menabung.
Repro: nasional.tempo.co