[caption id="attachment_8827" align="aligncenter" width="300"] I Wayan Sugiarta, peserta lomba baca puisi tingkat SMA pada FLS2N 2015.[/caption]
Palembang (Dikdasmen): I Wayan Sugiarta, peserta lomba baca puisi tingkat SMA pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), mengaku bahwa untuk menguasai teknik membaca puisi, ia berguru langsung kepada seniman teater kenamaan asal Bali.
“Selama sebulan, sebelum acara FLS2N, saya berlatih bersama Pak Abu Bakar, seniman asli Bali,” kata pria yang akrab disapa Sugi ini, di SMA I Palembang, (25/8/2015).
Siswa kelas XII SMAN 3 Denpasar Bali ini menjelaskan, Abu Bakar merupakan seniman terkenal di Bali, dan sudah banyak menghasilkan karya, baik itu dalam bentuk puisi, syair, monolog dan teater. Menurutnya, Abu Bakar dapat membaca puisi dengan baik, dan enak didengar. Ia membaca santai, tapi mengena. Kekagumannya terhadap sosok seniman itu ia rasakan setelah memperoleh bimbingan langsung dan merasakan manfaat dalam penguasaan teknik membaca puisi.
Selain itu, Sugi juga memperdalam teknik membaca puisi dengan mencari di internet, misalkan bagaimana contoh-contoh membaca puisi yang baik. Ia juga berlatih dengan alumni FLS2N sebelumnya. Sehingga ia memperoleh banyak masukan dan pengalaman. Bagi Sugi ini sangat bermanfaat karena bisa meminimalisir kesalahan.
Sugi mengungkapkan, pada mulanya ia tidak begitu menguasai teknik membaca puisi. Saat seleksi FLS2N di daerah, ia mengikuti seleksi grup paduan suara, kemudian ia mengaku dipaksa juga ikut seleksi di lomba baca puisi. Ia lolos dua-duanya, dan harus memilih salah satu. Ia pun memilih baca puisi karena kesempatan untuk lebih besar berprestasi atas nama sendiri .
Selain Abu Bakar, penyair lain yang ia idolakan adalah WS Rendra. Nantinya, Sugi akan membawakan puisi berjudul “Tanah Airmata” karya Surtadji Calzoum Bachri pada babak penyisihan, dan apabila lolos babak penyisihan ia akan membawakan Karya WS Rendra yang berjudul “Gugur”. Menurutnya WS Rendra merupakan sosok maestro penyair terbaik Indonesia yang masih berkarya hingga ia meninggal.
Sugi lebih menyukai jenis puisi bertema kepahlawanan karena didalamnya terdapat kutipan bait berupa sindiran kepada masa sekarang yang tak lekang oleh waktu.
“Saya optimis dengan diri saya, bisa membawakan penampilan terbaik, walaupun teman-teman dari provinsi lainnya yang merupakan rival pasti juga akan memberikan penampilan terbaik mereka,” tukasnya.*
Dwi Riyanto