[caption id="attachment_3435" align="aligncenter" width="300"] Dr. Mudjito A.K., M.Si[/caption]
Jakarta (Dikdas): Orang-orang yang masih meragukan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah orang-orang bermentalitas kuno dan konservatif . Anehnya, stigma itu masih melekat di pikiran sebagian masyarakat modern.
“Masyarakat yang mentalitasnya modern pasti memiliki keyakinan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai potensi yang tidak boleh diabaikan,” kata Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PK-LK Dikdas ) Dr. Mudjito A.K, M.Si saat menyampaikan sambutan pada penutupan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang PK-LK Dikdas di Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Nasional di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu siang, 18 Juni 2014.
Ketika masyarakat menyaksikan kemampuan ABK, misalnya, dalam pertandingan olahraga, pandangan mereka pasti berubah. Kemampuan ABK setara dengan kemampuan orang normal bahkan bisa lebih hebat.
Mudjito lalu membacakan puisi yang ditujukan kepada ABK.
ragukan bintang-bintang di langit itu bercahaya
ragukan matahari berpijar
ragukan bumi mengitari matahari
ragukan bahwa kebenaran itu dusta
tapi jangan pernah ragukan
anak-anak kami yang berkebutuhan khusus
Kemampuan ABK atau kaum difabel Indonesia, tambah Mudjito, bahkan lebih unggul dibanding negara lain. Pada Asian Paralympic 2014 yang digelar di Myanmar pada 14-20 Januari 2014, Indonesia tampil sebagai juara umum. Dengan mengoleksi 99 emas,
69 perak, dan 49 perunggu, Indonesia bertengger di puncak teratas disusul Thailand (96 emas, 82 perak, 70 perunggu) dan Malaysia (50 emas, 49 perak, 31 perunggu).
Yang lebih menarik, lanjutnya, terletak pada jumlah atlet kontingen. Sebagai juara I, Indonesia ‘hanya’ mengirimkan 150 atlet. Sementara Thailand mengirim 327 atlet dan Malaysia 200 atlet. Myanmar selaku tuan rumah yang duduk di peringkat ke-5 dengan 34 emas, 26 perak, dan 36 perunggu mengirimkan 400 atlet.
Mudjito memuji peran guru pendamping dibalik berbagai prestasi yang diraih ABK. Tanpa mereka, prestasi itu sulit diraih.
“Prestasi anak-anak itu merupakan cerminan dari prestasi Bapak dan Ibu guru yang telah memberikan contoh dan teladan luar biasa bagi anak-anak kita,” ujarnya.* (Billy Antoro)