Saat ini dunia pendidikan mengalami tantangan besar dengan adanya tiga hal besar yang perlu diperhatikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Dampak dari ketiganya selain menghambat terwujudnya lingkungan belajar yang baik, juga memberikan trauma, bahkan dapat bertahan seumur hidup seorang anak.
Untuk itu, Kemendikbudristek akan lebih serius menangani tiga hal besar di dunia pendidikan tersebut, salah satunya melalui kegiatan Bimtek Peserta Didik Ramah Digital dalam Mencegah Perundungan, Kekerasan Seksual, dan Intoleransi yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen) melalui Direktorat SMA, yang diselenggarakan mulai tanggal 12-15 Juli 2022, di Kota Bogor.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah pertama, untuk mendorong peserta didik menguasai keterampilan teknologi di masa sekarang dan masa yang akan datang. Kedua membentuk peserta didik bertransformasi dalam pembelajaran merdeka belajar talenta digital, ketiga memberikan kesadaran dalam memanfaatkan teknologi untuk menangkal perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi dan yang keempat adalah mengembangkan kemampuan teknologi untuk menjadikan pelajar khususnya SMA sebagai profil pelajar Pancasila,” kata Alex Firngadi Sub Koordinator Bidang Peserta Didik Direktorat SMA sekaligus Ketua Panitia kegiatan Bimtek saat melaporkan kegiatan pada acara pembukaan (12/07/22).
Alex juga melaporkan, narasumber yang terlibat dalam bimtek ini adalah Direktur Operasi Keamanan, dan Pengendalian Informasi, Badan Siber, dan Sandi Negara (BSSN), Kepala Pusat Profesi dan Sertifikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, selain itu juga akan hadir praktisi, akademisi dan penggiat pendidikan.
Sementara itu Plt. Direktur Sekolah Menengah Atas (SMA), Winner Jihad Akbar menyampaikan, bahwa ia sangat menyambut baik kegiatan bimtek tersebut karena ini yang sangat diperlukan terutama dalam era globalisasi ini, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah dinas pendidikan daerah, dan satuan pendidikan.
“Di era revolusi industri ini, ramah digital sudah harus dan wajib dipelajari. Karena kita tahu sekarang sudah ada internet of things (IOT), ada bigdata, out minted reality, artificial intelligence (kecerdasan buatan), ada cyber security, cloud computing, kemudian ada juga yang terbaru yaitu metaverse, nah ini harus membuat kita mencoba melihat dunia digital sudah begitu berkembang,” kata Jihad Akbar.
Ia melanjutkan, karena kemajuan teknologi yang terus berkembang, industri pendidikan termasuk peserta didiknya pun sudah dipaksa untuk masuk ke dunia digital ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, mau tidak mau satuan pendidikan harus terdigitalisasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
“Digital ini seperti pisau bermata dua, di sisi lain bermanfaat dan kita harus terjun di bidang itu bahkan kita harus mendalaminya. Karena aspek kehidupan diperlukan kemampuan digital, tapi di satu sisi digital tidak ramah anak salah satu contohnya adalah terhadap kesehatan. Sebagai pendidik kita harus benar-benar memperhatikan digitalisasi ini,” tutur Jihad Akbar.
Sementara itu terkait dengan tiga hal besar dalam pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi Jihad Akbar menuturkan ini masih menjadi pekerjaan rumah untuk dibenahi di satuan pendidikan.
Oleh karenanya Jihad Akbar menegaskan semua elemen baik pemerintah pusat, daerah, satuan pendidikan hingga masyarakat, harus lebih peduli lagi untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Pesan saya mohon disebarkan dan diikuti setiap sesi materi di bimtek ini. Mudah-mudahan Bimtek ini berguna dan bisa mengimbaskannya kepada yang lain,” tutupnya.