[caption id="attachment_3344" align="aligncenter" width="300"] Mendikbud Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA didampingi Dirjen Dikdas Hamid Muhammad, Ph.D menekan tombol tanda peresmian pembukaan O2SN 2014 di SICC Bogor, Jawa Barat, Ahad malam (15/6/2014).[/caption]
Bogor (Dikdas): Suasana Sentul International Convention Center Bogor, Jawa Barat, pada Ahad malam (15/6), begitu semarak. Atlet- atlet berbadan kekar dari berbagai penjuru Indonesia duduk rapi di atas kursi yang melingkar membentuk huruf ‘U’. Ketika jari-jemari itu menekan tombol pada sebuah papan instrumen, terdengar gema di tengah gedung seluas 22 ribu meter persegi itu, diikuti guyuran kertas warna- warni dan riuh balon meletus dari belakang kursi hadirin: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Mohammad Nuh, DEA didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Hamid Muhammad, DEA baru saja meresmikan pembukaan O2SN 2014.
Selalu saja hadir kemeriahan dalam sebuah pentas siswa. Sejumlah sekolah di Jakarta unjuk kreasi menampilkan berbagai seni-budaya daerah dalam gerak tubuh dan lagu. Sebelumnya rombongan Menteri ‘dihadang’ Palang Pintu dengan dua jawara yang adu silat. Dilanjutkan pertunjukan pencak silat massal yang memukau dari perguruan pencak silat PAMUR (Pencak Silat Angkatan Muda Rasio).
Olahraga tak melulu bicara masalah fisik. Itu kata Mohammad Nuh dalam sambutannya. Olahraga juga mengandung unsur seni, estetika, dan logika.
“Apa yang kita lakukan melalui O2SN pada dasarnya ingin melatih wilayah logika, etika, dan estetika,” ucapnya.
Tiga wilayah itu, tambah Mohammad Nuh, terkait pula dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki tujuan membentuk karakter siswa yang memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sementara ketiga kompetensi tersebut tercakup dalam domain pikiran, rasa, seni, dan fisik.
“Oleh karena itu, paling tidak saya mencatat manfaat dari pesta olahraga yang kita lakukan mulai hari ini, yaitu ingin menanamkan pada diri adik-adik kita sportivitas dan fairness (keadilan),” ungkapnya.
Sportivitas menjadi sangat penting lantaran alam yang dihuni manusia senantiasa dalam situasi berkompetisi. Untuk menghadapinya, sportivitas dan fairness merupakan kata kunci yang patut dipegang teguh. Jangan sampai kemenangan yang diraih dilakukan dengan mekanisme yang tidak benar.
Manfaat lain yang dicatat Mohammad Nuh adalah O2SN mendorong peserta untuk selalu berlatih menjadi sang juara. Tak ada cerita kesuksesan tanpa terselip kerja keras pelakunya.
“Kebiasaan untuk melatih diri menuju tangga sukses bagian yang tak boleh kita pisahkan,” tegasnya.
Sedangkan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta bidang Kesejahteraan Masyarakat Bambang Sugiyono, M.Si., menilai O2SN mendorong siswa memiliki sikap, karakter, dan akhlak yang baik.
Selain itu, ajang tahunan akbar ini mampu membentuk generasi yang jujur, kreatif, inovatif, dan produktif. Hal positif lainnya, “Mewujudkan perubahan paradigma pemikiran yaitu tumbuhnya budaya kompetisi, bersikap, dan memiliki semangat bersaing sehat,” ujarnya.
Basuki bersyukur Jakarta mendapat kepercayaan dari Kemdikbud untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan O2SN. Bersama jajaran di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, ia akan berusaha memberikan pelayanan terbaik agar O2SN berjalan lancar dan sukses.
Hamid Muhammad menyebutkan jumlah peserta O2SN: 4.452 siswa. Mereka berasal dari jenjang SD/ SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK di 33 provinsi seluruh Indonesia. “Mereka akan berlaga di 13 cabang lomba, yaitu atletik, bulutangkis, tenis meja, catur, renang, karate, pencak silat, senam, voli mini, bola voli, bocce, basket, dan futsal,” urainya saat menyampaikan laporan panitia.
Lokasi lomba, lanjut Hamid, telah ditentukan, di antaranya Gelanggang Olahraga (GOR) Ragunan, GOR Sumantri Kuningan, Padepokan Pencak Silat TMII, dan GOR UNJ Rawamangun.* (Billy Antoro)