[caption id="attachment_9402" align="aligncenter" width="300"] Juara LMC SD/MI 2015 berfoto dengan juri[/caption]
Bogor (Dikdasmen): Pada usia anak-anak dan remaja, sangat dibutuhkan rangsangan untuk mengembangkan potensi kebahasaan. Salah satunya dengan menulis cerita. Melalui kegiatan itu, anak dapat menuangkan pikiran dan perasaannya sesuai dengan yang dirasakan.
“Hal tersebut dapat dilihat dari pengolahan bahasa yang disesuaikan dengan tema, penggunaan gaya bahasa, dan penggunaan simbol pada karya yang digunakan,” kata Aliyas, Kepala Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, saat membacakan pidato penutupan Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad yang berhalangan hadir, di Hotel Rizen Premiere, Bogor, Jawa Barat, Kamis malam, 12 November 2015. Hadir dalam acara penutupan sejumlah pejabat di lingkungan Ditjen Dikdasmen dan sastrawan.
Untuk memberikan wadah dan kesempatan menyalurkan potensi, bakat, minat dan kreativitas serta mengukur tingkat kemampuan siswa SD/MI dan SMP/MTs dalam menulis cerita, tiap tahun sejak 2011 Ditjen Dikdasmen menyelenggarakan Lomba Menulis Cerita Siswa SD/MI dan SMP/MTs.
Lomba ini, tambah Hamid, bermanfaat besar jika para finalisnya juga memotivasi teman-temannya untuk gemar membaca. Tema-teman yang termotivasi kemudian membuat tulisan lalu diikutkan dalam lomba. “Akan lahir semangat kompetisi membaca dan menulis di kalangan siswa/siswi,” ujarnya.
Menurut Hamid, tradisi membaca, menulis, dan mengarang harus secara maksimal dihidupkan terutama di kalangan para peserta didik. Namun, tradisi membaca dan menulis di kalangan peserta didik akan cepat meningkat jika tradisi itu sudah diterapkan di kalangan pendidik. “Maka yang pertama-tama harus dilakukan adalah memajukan tradisi membaca dan menulis itu sendiri di kalangan para guru,” tegasnya.
[caption id="attachment_9403" align="aligncenter" width="300"] Juara LMC SMP/MTs berfoto dengan juri[/caption]
Dalam laporannya, Agus Suharyanto, Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan, menyampaikan bahwa jumlah naskah yang masuk ke meja panitia pada tahun ini berjumlah 3.045 naskah. Terdiri dari 1.002 LMC SD/MI dan 2.043 naskah LMC SMP/MTs.
“Seleksi penilaian dilakukan oleh tim juri dalam tiga tahap,” ungkapnya. Seleksi tahap I dilakukan pada awal September 2015. Dewan juri merekomendasikan 78 naskah SD/MI dan 75 naskah SMP/MTs.
Seleksi tahap II dilakukan pada Oktober 2015. Dewan juri menetapkan sepuluh naskah terbaik masing-masing kategori untuk dibawa dalam penjurian final. “Kegiatan penjurian finalis ini diikuti oleh para finalis yang telah terpilih sebagai sepuluh naskah terbaik. Pada acara ini para finalis diminta mempresentasikan naskah mereka,” terang Agus. Para finalis berasal dari 19 kabupaten/kota di 10 Provinsi se-Indonesia.
Workshop/Penjurian Final, lanjutnya, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang latar belakang pesan yang ingin disampaikan siswa melalui naskah yang ditulisnya. Pada tahap ini para finalis lomba dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan tulisannya baik dari segi teknik penulisan, bahasa, maupun unsur intrinsik yang dapat membangun karya sastra tersebut.* (Billy Antoro)