Mataram, Kemdikbud --- Satu dari sekian banyak keunggulan Kurikulum 2013 adalah tersedianya buku teks untuk peserta didik dan buku pegangang untuk guru. Hal ini ditujukan agar antara guru dan peserta didik memiliki referensi dasar yang sama sehingga memperlancar proses pembelajaran.
Febrina Sari, guru Bahasa Indonesia di SMK Pertanian Pembangunan Negeri Mataram sangat merasakan manfaat dari buku panduan guru. "Jadi lebih mudah mengajar karena sudah jelas panduannya di buku guru bahwa siswa harus mempelajari materi tertentu. Jadi antara siswa dengan guru mempunyai referensi yang sama," ujarnya ketika ditemui di pameran pendidikan dalam rangka Olimpiade Sains Nasional di lapangan Sangkarean, Mataram NTB (06/09/2014).
Ia melihat jika pada kurikulum sebelumnya peserta didik disarankan mencari referensi sebanyak-banyaknya dan guru membuat silabus sendiri, maka sulit mencari titik temu referensi mana yang akan digunakan dalam mengajar. "Jadi kadang-kadang buku referensi guru dan siswa tidak sama," katanya.
Sementara pada Kurikulum 2013 ini, Febrina merasa mendapat panduan yang sangat jelas karena tertera pada buku pegangan guru sehingga memudahkan dalam membimbing peserta didiknya.
Ia juga menyatakan bahwa guru tidak lagi memberikan ceramah sepanjang jam pelajaran, tetapi berperan sebagai fasilitator. Peserta didik diarahkan untuk aktif berdiskusi dan bertanya jika ada materi yang sulit dimengerti.
Misalnya, pada sesi pembukaan, ia menjelaskan secara umum materi yang akan dipelajari. Kemudian peserta didik diarahkan untuk diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Jadi, peserta didik sama-sama berfikir dan saling mengisi sehingga mendapat pemahaman yang baik terhadap materi yang didiskusikannya.
Febrina juga mengisahkan bahwa sebelum mengimplementasikan Kurikulum 2013, ia sempat tidak menyampaikan beberapa materi yang dianggapnya mudah karena keterbatasan waktu yang hanya 2 jam pelajaran seminggu. Dan sekarang pada Kurikulum 2013, ia lebih leluasa mengajar karena penambahan jam pelajaran Bahasa Indonesia menjadi 4 jam pelajaran seminggu.
Hingga saat ini, ia merasa sangat nyaman dan belum mengalami kendala apapun dalam mengajar. "Dulu saya bingung jika semua materi sudah diberikan tetapi jam pelajaran masih panjang. Sekarang setiap pertemuan selalu terisi dengan diskusi dan presentasi. Bahkan saya merasa jam pelajaran sangat kurang," ujarnya. (Arifah)
Sun, 09/07/2014 - 10:37
Repro: kemdikbud.go.id