Padang (Dikdasmen): Juara sejati dalam dunia sains bukanlah yang meraih juara 3, juara 2, dan juara 1. Peraih juara 3, 2, dan 1 adalah juara sementara. Adapun juara sejati adalah yang istiqomah mengabdikan diri sebagai saintis. Demikian salah satu butir sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, dalam penutupan Olimpiade Sains Nasional (OSN) XVII yang diselenggarakan di Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat, 6 Juli 2018.
“Saya yakinkan pada kalian semua, bahwa kalian semua adalah pemenang. Kalau nanti (pengumuman juara, red) ada yang disebut menjadi juara 3, 2, dan 1, itu hanya sementara saja. Tetapi yang lebih menentukan siapa yang menjadi pemenang sejati adalah nanti, yaitu siapa yang paling konsisten mengabdikan dirinya sebagai saintis, menjadi ilmuwan, dialah ilmuwan yang sesungguhnya!” tegas Mendikbud.
Mendikbud menyatakan hal tersebut setelah melihat fakta di lapangan tentang inkonsistensi pelajar dalam memilih jurusan pendidikan. Contoh, ketika siswa duduk di bangku sekolah, sebagian besar cenderung memilih jurusan eksakta seperti IPA dan Matematika. Namun pilihan ini ternyata tidak berlanjut saat masuk ke perguruan tinggi.
“Kenyataan yang saya sayangkan, komposisi antara ilmu eksakta dan ilmu sosial itu sudah bagus, yaitu antara 70 dibanding 30. Tapi saat masuk perguruan tinggi justru berubah. Eksakta jadi 30 dan sosial jadi 70,” ujar Mendikbud. “Mestinya ada ketentuan bahwa anak-anak yang sudah memilih bidang sains, maka saat masuk perguruan tinggi tetap memilih sains. Tidak boleh pindah ke lainnya. Karena ini sangat besar resikonya.”
Atas dasar hal tersebut, tambah Mendikbud, maka OSN ini bukanlah kegiatan yang main-main. OSN ini adalah kegiatan strategis untuk menyiapkan generasi Indonesia yang ahli di bidang sains dan teknologi.
“Karena itu tekunilah bidang yang anda gemari ini sampai menjadi pilihan hidup anda menjadi siantis. Bila di antara anda ada 50 persen saja yang betul-betul istiqomah, maka saya yakin Indonesia dapat mengungguli bangsa-bangsa yang maju lainnya!” tegas Mendikbud.
M. Adib Minanurokhim