[caption id="attachment_4546" align="aligncenter" width="300"] Naomi Panjaitan, S.E (kiri) sedang menyampaikan sambutan Bimtek, Jumat pagi (29/8/2014).[/caption]
Sorong, Papua Barat (Dikdas): Data Pokok Pendidikan Dasar (Dapodikdas) digunakan untuk berbagai transaksi seperti penyaluran tunjangan guru, Bantuan Operasional Sekolah, dan Bantuan Siswa Miskin. Jika operator sekolah tidak serius menanganinya, yang rugi adalah siswa, guru, dan sekolah. Mereka tidak bisa menerima berbagai bantuan lantaran datanya tidak tertera secara valid dalam Dapodikdas.
Demikian disampaikan Naomi Panjaitan, S.E., Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, saat menyampaikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis Data Pokok Pendidikan Dasar di aula Hotel Handayani, Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Jumat pagi, 29 Agustus 2014.
Pelaksanaan Bimtek, tambah Naomi, seharusnya diikuti dengan serius. “Ikuti dengan setia. Tinggalkan kerjaan-kerjaan lain karena kegiatan ini sangat berharga,” ucapnya.
Naomi menilai, keberadaan Dapodik membawa sejumlah konsekuensi pada kondisi pendidikan di sebuah daerah. Sebelum ada Dapodik, katanya, jumlah guru yang berlebih bisa menumpuk di satu sekolah. “Setelah ada Dapodik, tidak bisa lagi,” tegasnya.
Kepada operator sekolah, Naomi berharap mereka aktif mengikuti Bimtek. Hendaknya acara ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menggali berbagai informasi seputar instalasi sistem versi terbaru 3.0.0, pemasukan data, dan mekanisme pengisian. “Walaupun hanya satu hari, dengar dengan serius dan selalu bertanya,” pesannya.
Antusias
Peserta Bimtek berjumlah 35 operator sekolah; sepuluh operator SMP dan 25 operator SD. Mereka berasal dari 13 distrik (kecamatan)—dari 17 distrik—yang ada di Kabupaten Sorong. “Mereka dipilih secara proporsional dari jumlah SD dan SMP yang ada di kabupaten ini,” ucap Dwi Lestari, staf Kelompok Kerja Data Pokok Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong. Bahkan mereka semua membawa modem sebagai persiapan mengakses internet.
[caption id="attachment_4547" align="aligncenter" width="300"] Operator sekolah peserta Bimtek antusias mengikuti acara.[/caption]
Menurut Dwi, sejumlah operator sekolah yang tidak diundang menghubunginya agar diikutsertakan dalam Bimtek. Namun karena nama-nama peserta telah ditentukan sesuai dengan kuota 35 orang, maka ia terpaksa tidak mengizinkan. “Kalau ada undangan yang tidak hadir, saya hubungi dia sebagai pengganti,” ucapnya. Kendati demikian, saat acara berlangsung, ada saja operator sekolah bukan undangan hadir dan mereka dipersilakan menyimak Bimtek.
Setelah penjelasan kebijakan seputar Dapodik, acara dilanjutkan dengan penjelasan teknis oleh Thoyib Musbih. Ia senang karena semua peserta ternyata sudah melakukan registrasi. “Beda dengan daerah lain yang bahkan operator sekolahnya belum melakukan registrasi,” ujarnya. Dengan begitu, ia tak perlu menjelaskan bagaimana melakukan instalasi versi 3.0.0.
Hingga tulisan ini diturunkan, Bimtek masih berlangsung. Bahkan Naomi turut hadir selepas jam kantor. Di luar hujan turun deras namun tak menyurutkan peserta mengikuti acara.* (Billy Antoro)