Sebagaimana diketahui pada tanggal 18 Februari 2022 lalu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, meluncurkan Merdeka Belajar episode 15 mengenai Kurikulum Merdeka.
Kurikulum tersebut hadir sebagai salah satu pilihan alternatif yang dapat dipilih oleh sekolah selain Kurikulum 2013 (K13) yaitu kurikulum yang sudah dikenal oleh satuan pendidikan, serta Kurikulum Darurat di mana kurikulum ini diluncurkan untuk pembelajaran di era Covid-19. Kurikulum Merdeka sendiri inovasi dari Kurikulum darurat dan K13 yang dirancang untuk memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan, untuk menentukan proses belajar mengajar.
“Kita berharap pemahaman dari seluruh stakeholder terkait dengan Kurikulum Merdeka nanti menjadi lebih tepat lagi sehingga sekolah-sekolah betul-betul memiliki gambaran yang pas, bisa menentukan sendiri apakah akan menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Atau tetap memilih menerapkan K13 atau Kurikulum Darurat,” ujar Dr. Suhartono Arham, M.S.i., Direktur SMA Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen saat melakukan sosialisasi Kurikulum Merdeka di Bandung, Jawa barat pada tanggal 28-30 Maret 2022.
Suhartono juga menekankan Kurikulum Merdeka ini selain diterapkan oleh sekolah-sekolah penggerak juga nanti ditawarkan atau dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah lain secara mandiri.
“Karena ini bener-bener sifatnya mandiri kita berharap penerapan kurikulum ini betul-betul berasal dari keinginan dan kebutuhan dari satuan pendidikan itu sendiri,” tegas Suhartono.
Direktur sekolah menengah Atas tersebut juga berharap kehadiran Kurikulum Merdeka ini nantinya dapat memberikan alternatif bagi satuan pendidikan dalam menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sekolahnya masing-masing.
“Tentu saja kita berharap melalui Kurikulum Merdeka ini Pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang menjadi lebih baik lagi,” tutupnya.
Dr. Poppy Dewi Puspitawati, M.A., Kepala PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat menyampaikan, di provinsi Jawa Barat tepatnya di Kota Bandung akan mensosialisasikan Kurikulum Merdeka kepada para pemangku kepentingan khususnya di wilayah regional Bandung.
Salah satu ciri utama Kurikulum Merdeka Poppy mengatakan, adalah tujuannya menghasilkan Profil Pelajar Pancasila, sehingga dengan menggunakan kurikulum Merdeka harapannya para peserta didik akan menjadi Profil Pelajar Pancasila.
“Nah bagi para guru mudah-mudahan dapat bersama-sama mengimplementasikan Kurikulum Merdeka ini, karena banyak sekali informasi yang bisa diperoleh melalui platform Guru Belajar, Guru Mengajar dan Guru berkarya,” kata poppy penuh semangat.
Beliau juga berharap seluruh stakeholder khususnya para guru dapat mempelajari secara detail mengenai Kurikulum Merdeka, cara penerapannya, serta mengajak siswa untuk bersama-sama mengembangkan keterampilan pengetahuan dan sikapnya melalui proyek Profil Pelajar Pancasila.
“Melalui proyek Profile Pelajar Pancasila siswa akan memahami betul apa yang diperolehnya pada saat dalam pembelajaran yang terjun langsung ke masyarakat. Karena yang penting disini adalah meningkatkan pengetahuan siswa khususnya untuk numerasi, literasi dan karakter. Semoga semangat kita sama ingin menghasilkan Profile Pelajar Pancasila demi generasi penerus bangsa. Mari kita sukseskan Kurikulum Merdeka,” tandasnya.
Senada dengan Poppy Dewi Puspitawati, Gusmayadi Muharmansyah, M.Ed., Kepala LPMP Jawa Barat juga berharap dengan kegiatan sosialisasi ini para Kepala Dinas Pendidikan khususnya di wilayah Jawa Barat mensosialisasikan kurikulum Merdeka kepada satuan-satuan pendidikan yang ada di wilayahnya.
“Serta mendorong satuan-satuan pendidikan tersebut untuk mendaftar dan menerapkan Kurikulum Merdeka,” ungkapnya.
dalam kesempatan tersebut Susilawati Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor juga mengharapkan hal serupa.
“Mudah-mudahan kegiatan sosialisasi ini menjadi satu pencerahan yang baik untuk pengembangan pendidikan, khususnya di daerah kami. Dan harapannya bisa diimplementasikan di sekolah-sekolah di daerah kami,” harapnya.
Sudiyo Kepala Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman menambahkan dengan adanya gagasan baru tentang Kurikulum Merdeka bagi pihaknya selaku pengawal pendidikan di Kabupaten Sleman sangat mengapresiasi dan menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka.
“Perubahan kurikulum adalah suatu keniscayaan dan tidak bisa dihindari. Untuk hasilnya membutuhkan proses lama misal setiap 10 tahun harus ditinjau kembali. Itu merupakan hal yang biasa dan harus dilakukan karena untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” pungkasnya. (Kumi laila)